A Lie is Still A Lie Even When It's White
Ollo!
Ada satu serial di FOX Channel yang berjudul Lie to Me. Bercerita tentang
Cal Lightman, seorang pria yang memiliki kemampuan menganalisis micro expression untuk mendeteksi apakah
seseorang berbohong atau jujur. Di salah satu episode, Lightman Enterprise
kedatangan siswa SD yang sedang study
tour. Rekan Cal yang mengurus rombongan tersebut membuat satu lagu yang
berjudul White Lie karena salah satu
peserta tour melakukan sebuah kebohongan, meski dapat dikategorikan sebagai white lie. Salah satu lirik dari lagu
tersebut adalah “but a lie is still a lie
even when it’s white”.
Aku pikir sudah banyak yang tahu tentang istilah ini, bahkan aku percaya
kita pasti pernah melakukan kebohongan yang baik ini meski hanya satu kali.
Tapi aku akan coba menjelaskan mengenai white
lie sepemahaman aku. White lie atau
kebohongan yang baik (aku ga menemukan padanan kata yang tepat dalam bahasa
Indonesia) adalah kebohongan yang diucapkan semata-mata untuk menjaga perasaan
seseorang atau membuat hal-hal tetap pada tempatnya, ga ada masalah (baca:
lurus, stay on the track). Landasan
dari hal ini adalah: kenyamanan bersama.
Contoh sederhana dari white lie
adalah:
Cewek: Sayang, beratku nambah 5 kg nih... Keliatan makin gendut deh aku...
Cowok: Ga kok, sayang. Kamu ga keliatan makin gendut.
Cewek: Sayang, beratku nambah 5 kg nih... Keliatan makin gendut deh aku...
Cowok: Ga kok, sayang. Kamu ga keliatan makin gendut.

Pasanganku dulu sering meledekku gendut karena penempatan lemak yang kurang oke dalam badanku, tapi dia pun sering menenangkan aku dengan bilang “iya, kamu lebih chubby, tapi ga terlalu keliatan gendut kok, ta...”. Aku tahu dia sebenarnya bohong, karena kalau beratku naik, sangat terlihat! Tapi aku menghargai usahanya untuk membuatku tetap nyaman dengan keadaan diriku, walupun dia jujur pun aku tetap percaya diri.
Itu salah satu contoh common white
lie dalam hubungan percintaan. Ada lagi contoh lain yang akhir-akhir ini
sering aku temui dari teman-teman terdekatku.
A: Kamu dimana?
B: Aku lagi di mobil.
A: Mau kemana?
B: Ke Jakarta.
A: Sama siapa?
B: Sama keluarga kok...
A: Kamu dimana?
B: Aku lagi di mobil.
A: Mau kemana?
B: Ke Jakarta.
A: Sama siapa?
B: Sama keluarga kok...
Lets say B is my friend and A is her/his g/bf. Saat dia mengatakan hal itu, aku tahu dia berbohong. Kenapa bisa tahu? Karena saat itu dia bersama aku yang tidak ada hubungan keluarga dengannya. Alasan dia bilang pergi bersama keluarga adalah agar ga ribet menjelaskan pada pasangannya dengan siapa dia hang out. Mungkin alasan dia baik, karena ga mau pasangannya khawatir kalau temanku itu pergi dengan orang yang belum terlalu dikenal oleh pasangannya, but it’s still a lie.
Dari beberapa teman yang melakukan kebohongan seperti ini, aku menemukan dua
faktor utama kenapa mereka berbohong:
1. Pasangannya cemburuan (baca: insecured)
Mungkin ini alasan yang paling sering digunakan
sebagai rasionalisasi perilaku seseorang. Begitu juga dengan yang dilakukan
temanku. Pasangan cemburuan, err... Insecured
menurutku. Beberapa orang entah belum bisa atau belum mau percaya dengan
teman-teman terdekat pasangannya merasa si teman sebagai ‘ancaman’ dari
hubungan. Karena itu ketika pasangan pergi dengan teman-temannya, mereka akan
merasa ga aman. Bisa ga aman karena pasangan pergi dengan teman lawan jenis
yang berpotensi menjadi pengganti dirinya atau karena pasangan pergi dengan
teman sesama jenis yang bisa jadi provokompor mereka untuk putus. Entahlah...
Yang jelas keduanya merupakan alasan pasangan tidak merasa aman dalam hubungan.

2. Untuk mempersingkat waktu
Hahaha, ini adalah alasan yang digunakan oleh
teman dekatku karena (kebetulan) yang bertanya adalah orang yang baru beberapa hari
melepas status pacarnya. Dia tau bahwa (mantan) pasangannya itu bisa mengerti
dia pergi dengan siapa, hanya saja dia masih ingin menjaga perasaan si mantan.
Jadi untuk mempersingkat waktu, dia berbohong. ;)
Mungkin kamu bisa menemukan alasan-alasan lain dari kasus kebohongan yang tadi aku contohkan. Hingga detik ini aku
masih belum berani memasukan kebohongan seperti ini ke dalam white lie, karena kembali lagi ke statement aku di atas: kepercayaan
adalah landasan suatu hubungan. Kalau kamu melakukan kebohongan seperti yang
aku contohkan, mungkin hubungan kamu akan baik-baik saja pada awalnya. Masih
aman. Tapi apakah kamu pikir itu baik untuk hubunganmu kalau tetap diteruskan?
Menutupi apa yang kamu lakukan meski itu hal yang positif or at least bukan hal negatif hanya karena kamu ga mau ribet
menjelaskan pada pasanganmu? Kamu ga mengatakan sejujurnya, kalau ga mau
dibilang bohong, demi play safe dalam
hubungan. Sampai kapan kamu mau seperti itu?
Kalau pasangan kamu ga suka kamu main dengan teman-teman kamu, tanya alasannya. Kalau alasannya ga logis, bantah aja! Kalau logis, kamu jelaskan baik-baik. Kalau alasannya karena teman-teman kamu memberi pengaruh negatif untuk kamu, nurut sama pasangan. Tapi kalau teman-teman kamu ‘direstui’ sama keluarga, hanya pasangan yang ga suka, kenalin ke teman-teman kamu lah... Dia ga mau kenal, resiko dia. Dia masih cemburu sama teman-teman kamu walau kamu sudah coba untuk membawanya ke dunia kamu? Tinggalin aja. Dia ga layak untuk kamu!
Hmm... Sepertinya aku ga fokus. My point
is...
Sebaik dan sehalus apapun alasan kamu berbohong kepada pasangan tentang hal yang berhubungan dengan kepercayaan, itu tetap kebohongan.Please, jangan menganggapnya itu sebagai white lie, karena white lie bukanlah sesuatu yang dilakukan terus menerus untuk hal yang sama. Lagipula, setega itu kah kamu membuat pasangan kamu tidak dewasa? ;)
Keep growing. Stop lying!
M
Komentar
Posting Komentar
Menurutmu gimana? :)