(mem)Berani(kan) Bersama Taku
Who's Taku? Another man?
Aku ga heran kalau kalian menyangka seperti itu. Yaa... Bisa dibilang Taku adalah 'laki-laki', walaupun harus aku akui kalau Taku sama sekali bukan termasuk makhluk hidup. Taku adalah nama mobilku... mmm... Mobil Ibu lebih tepatnya. Usia Toyota Starlet putih ini lebih tua dariku, tapi baru kami 'adopsi' hampir seminggu ini. Mesinnya masih oke, walaupun dari body dan interiornya mencerminkan usia sebenarnya. Gimana ga mencerminkan usianya kalau masih pakai radio tape instead of DVD player? :)

Minggu pagi kemarin, aku berhasil 'mendesak' Bapak untuk ajarin aku nyetir mobil. Not bad untuk pemula walaupun masih ngaco ketika harus nge-gas setelah nge-rem. I'm so bad on this. Kami ga lama berada di tempat latihan. Niatnya, next practise aku latihan untuk gonta-ganti gigi. Ga asik kalau nyetir cuma pakai gigi 1. Pfftt. Dasar aku tipe orang yang learning by doing (baca: langsung praktik), beberapa hari setelah latihan (tepatnya hari ini), aku bawa Taku langsung ke jalan raya! Selamat sampai rumah? Pastinya. Tapi, ga seru kalau langsung sampai rumah. Karena itu aku akan cerita apa yang terjadi selama di jalan menuju rumah. ;)
.jpg)
Tantangan pertama:
MELUNCUR SETELAH BERHENTI LAMPU MERAH
Seperti yang sudah aku jelaskan di atas, aku masih ngaco dalam melaju setelah berhenti. Alih-alih maju ketika lampu hijau, Taku malah mati sampai kami 'terjebak' lampu merah lagi. Untungnya di belakang kami rombongan konvoi juga, jadi ga diklaksonin (terlalu banyak). Lampu hijau lagi, aku berhasil memacu Taku untuk meluncur hingga menemukan hal yang bikin Ibu dag dig dug.
Tantangan kedua:
REL KERETA BUBULAK

Tantangan ketiga:
MELAJU DI JALUR SEMPIT DUA ARAH YANG BANYAK POLISI TIDURNYA

Rencananya, aku mau putar balik ke arah jalan datang. Kalau seperti itu, otomatis aku harus masuk parkiran dulu, mundur, lalu baru bisa jalan lurus. Mang Joko, yang ga tau kalau aku bisa parkir, minta aku untuk langsung lurus lewat Taman Kencana. Bi Wiwik sebenarnya setuju dengan ideku, tapi Mang Joko keukeuh maunya lewat sana. Karena aku keponakan yang baik, aku turuti, hitung-hitung jalan latihan baru.
Tantangan keempat:
JALAN SEMPIT DENGAN MOBIL ANGKOT PARKIR DI SEBELAH KIRI SETELAH BERHENTI
Aku sudah bilang jalan di sana sempit dan untuk dua arah, bukan? Cukup sempit sampai salah satu mobil yang lewat harus memelankan laju, bahkan sampai berhenti, agar kendaraan di jalur yang lain bisa lewat. It happened to me too. Dari arah yang berlawanan ada beberapa mobil dan motor yang akan lewat, kebetulan mereka melewati turunan. Mau ga mau aku yang harus ngalah dan memberi jalan untuk mereka. Aku pun berhenti di belakang angkot yang lagi parkir. Ketika akan melanjutkan perjalanan, aku ga sadar kalau bagian kiri mobil belum sepenuhnya 'keluar' dari 'bayangan' angkot. DUK! DUK! DUK! Tiga kali angkot itu aku serempet. Penumpang Taku sontak teriak panik yang bikin aku semakin panik. Aku segera menginjak gas untuk menghindari masalah. I'm soooo sorry for being irresponsible. :((

Baiklah, perjalanan kami lanjutkan. Masih di Jalan Jalak Harupat, setelah melewati lapangan sempur, jalannya agak nanjak. Kalau jalanan lancar, bawa mobil asik aja. Berhubung waktu pulang sekolah, jalan itu padat merayap. Bukan kondisi yang tepat untuk manusia yang sedang belajar nyetir mobil ditemani orang-orang yang ga bisa nyetir juga. Berhubung sudah dua kali aku shock therapy dalam sehari, Mang Joko dan Bi Wiwik meminta aku untuk pelan-pelan dan sangat menjaga jarak dengan kendaraan di depan which mean aku harus siap-siap menginjak rem dari jarak jauh.
Tantangan kelima:
MELEWATI JALAN NANJAK JALAK HARUPAT
Awalnya masih padat merayap, jadi aku masih bisa stabil antara lepas kopling dan injak gas. Lama-lama jadi berhenti di tengah jalan. Pas aku mau jalan, gas harus agak ditekan supaya Taku punya power buat nanjak. Aku coba praktik. Lepas kopling pelan-pelan dan... Mobil mundur. Aku injak gas, mesin mati. Pintar! Aku coba lagi. Taku berhasil maju walaupun agak cepat dan... Mang Joko panik minta aku injak rem. Ujung-ujungnya adalah: meminta bantuan orang lain untuk membawa Taku ke pinggir supaya ga ngalangin jalan, apalagi di belakangku ada perempuan jatuh dari motor karena ditabrak mobil belakangnya. Setelah mobil dipinggirkan, ada polisi yang nyamperin.
Mang Joko: "Tami punya SIM A?"
Aku: "Belum punya."
Mang Joko: "Aduh, ditilang deh ini..."

Sampai di rumah, aku ditelepon Ibu. Aku cerita apa yang terjadi. Luka-luka apa saja yang dialami oleh Taku. Sangat takut Ibu marah dan ga mengizinkan aku untuk meminjam Taku lagi. Ternyata Ibu, setelah pulang kerja, bilang gini, "poles mobilnya nanti aja ya, kalau Teteh udah mahir bawanya. Sekarang pakai buat latihan aja dulu". LEGA! Alhamdulillah Ibu ga marah dan masih percaya sama aku. Tiga orang yang mengikuti petualanganku hari ini sepakat mengakui kalau aku berani untuk 'terjun' langsung di jalan supaya lebih lancar. :D
Betapa campur aduk perasaanku saat ini. Sedih, nervous, panik, senang, lega. But overall, despite the thrilling driving experience, I had an amazing adventure! Such an exciting day! Thank you sooo much for making my life more... Colorful.
Keep trying.
M
taku tuh dari takumi yang di initial d ya?? woow.. welcoming taku...
BalasHapus